Sejak 2006 – 2016, Sebanyak 700 Jurnalis Tewas Akibat Kekerasan

1 min read

SEMINYAK — Sejak awal 2016 hingga kini, International Federation of Journalist mencatat sebanyak 107 orang jurnalis telah dibunuh di pelbagai belahan dunia, dan lebih dari 90 persen dari jurnalis yang dibunuh adalah jurnalis dibunuh. Hal ini mengindikasikan adanya krisis terhadap keamanan jurnalis itu sendiri.

Perlindungan bagi jurnalis masih lemah, begitu juga dengan penindakan untuk keadilan terhadap pelaku kekerasan. Berdasarkan data dari UNESCO, kurang dari 1 dalam setiap 10 kasus pembunuhan jurnalis yang sampai ke pengadilan, dan 92 persen insiden yang menggunakan kekerasan untuk menekan kebebasan pers dan berekspresi tidak ditindaklanjuti.

Kondisi-kondisi tersebut mengingatkan kepada berbagai kalangan mengenai pentingnya mekanisme yang menjamin keamanan jurnalis dalam bekerja. Sejak Juni 2016 hingga Desember 2017, IMS dan IFJ sedang mengumpulkan berbagai model yang menjadi best practicedalam safety of journalist (keamanan bagi jurnalis) di pelbagai wilayah seperti Colombia, Philippines, Pakistan, Indonesia, Irak, Afganistan, dan Nepal.

Berkenaan dengan upaya tersebut, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerjasama dengan International Federation Journalist (IFJ), dan International Media Support (IMS) mengadakan “Safety of Journalist Training pada 21-22 Desember di Hotel Jambu Luwuk, Seminyak, Kabupaten Badung agar jurnalis memiliki bekal pengetahuan keselamatan.

Pelatihan diikuti jurnalis dari Denpasar, Makassar, Palu, Kupang dan Papua. Materi pelatihan terkait bagaimana mempersiapkan diri meliput di daerah konflik, perlindungan diri, serta menghindari risiko seperti penculikan, kekerasan serta melindungi data digital.

Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Indonesia, Suwarjono menegaskan pelatihan ini sangat penting, karena kasus kekerasan sebagaian besar disebabkan karena jurnalis tidak bisa menempatkan diri ketika terjadi konflik.

“Apalagi saat ini adalah momen menjelang pilkada serentak, itu sebabnya para jurnalis juga harus mempersiapkan diri. Hampir menjelang pilkada semua daerah memanas, awal tahun 2017 akan ada pilkada serentak biasanya berpotensi terjadi gesekan. Kalau tidak professional melakukan liputan bisa digerudug oleh massa,” kata dia di Seminyak, Rabu, 21 Desember 2016.

Menurutnya, jumlah kekerasan terhadap jurnalis di Indonesia juga cukup banyak dan terjadi dengan berbagai bentuk. Bentuknya mulai dari kekerasan fisik, psikis sampai perusakan dan perampasan alat kerja. Masing-masing kota memiliki persoalan berbeda-beda.

Konsultan keamanan, Nick Isack dalam pelatihan itu menyebutkan, tahun ini sudah 68 orang jurnalis di seluruh dunia meninggal dan sekitar 179 jurnalis dipenjara. Adapun jumlah jurnalis di seluruh dunia yang meninggal sejak 2006 tercatat mencapai 700 orang karena berbagai sebab seperti perang, pembunuhan dan kekerasan.

Dari jumlah tersebut, 35 persen di antaranya merupakan korban saat meliput kasus kejahatan dan korupsi. Sayangnya, dari seluruh kejadian yang menyebabkan jurnalis meninggal tersebut, hanya sekira 6,6 persen yang pelakunya diproses hukum. Karenanya, lanjutnya, penting bagi jurnalis untuk memiliki bekal kemampuan menghadapi situasi khususnya di daerah yang rawan konflik.

“Jadi pekerjaan apapun punya risiko tetapi khusus jurnalis di tempat tertentu high risk. Jadi statistic data sebenarnya belum mencerminkan secara keseluruhan termasuk kekerasan lain di tempat lain. Meskipun jurnalis, tetapi juga harus dipersiapkan mental untuk mengurangi dampak di masa depan,” papar ahli bidang keamanan ini.

Menurut M Iqbal, Ketua AJI Palu, kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi jurnalis yang bertugas di wilayah rawan konflik. Dia mengatakan jurnalis tidak hanya sekedar memiliki kemampuan menulis saja, mendapatkan bekal keahlian pendukung kerja-kerja jurnalis.

“Hendaknya kegiatan ini dilakukan secara rutin dan berkala, agar pengetahuan jurnalis di Indonesia khususnya soal keselamatan diri merata,” hemat Iqbal. (BAL/JGB)

Proses Oknum TNI Diduga Ancam Jurnalis, Dandim 1306 Kota…

Jurnalis di Kota Palu kembali menjadi korban intimidasi dan pengancaman. Kali ini dialami Halima Charoline atau yang akrab disapa Irma. Jurnalis perempuan yang bekerja...
Aji Palu
3 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *