Desiminasi Memperingati Lima Tahun Bencana Pasigala

1 min read

KAMI percaya jurnalisme bukan untuk menyiarkan agenda penguasa atau gimik pejabat. Kami berusaha semampu yang bisa kami lakukan untuk menulis setiap peristiwa yang selama ini tak pernah/jarang diungkap oleh humas atau juru bicara kekuasaan.

Lima jurnalis yang lolos dalam fellowsip AJI Palu akan melaporkan hasil reportase mereka, tentang kondisi pengungsi yang lima tahun terakhir masih menjadi penghuni setia barak pengungsi. Mereka sudah terlalu lama menunggu kepastian dari negara yang menjanjikan hunian layak bagi mereka.

Tak hanya kondisi barak. Kualitas hidup, kesehatan mental serta kelompok perempuan dan anak juga mendapat porsi yang signifikan dalam laporan lima kawan ini.

*
Suara para penyintas di barak pengungsi Petobo menjadi fokus utama dalam laporan jurnalistik Aldrim Talara, jurnlis Kompas TV.

Kemudian, kondisi pengungsi Petobo yang merana juga menjadi sorotan laporan dari jurnalis Radar Sulteng – Wahono. Ia mengulik dengan kritis situasi terakhir warga yang menunggu huntap satelit di wilayah mereka kini.

Laporan lainnya datang dari jurnalis madika.id, Sobirin, tentang nestapa penyintas bencana yang tak jelas hanya karena perkara dokumen lahan. Sedangkan Agung Syumandjaya jurnalis Radar Sulteng lainnya, menyoroti nasib warga Kampung Lere yang kini kembali membangun hunian seadanya di zona merah – yang berjarak hanya beberapa meter dari lokasi tsunami.

Sedangkan jurnalis Kompas.com Erna Dwi Lidiawati, peserta fellowsip lainnya merekam dengan dengan detail para perempuan dan anak di barak-barak pengungsi yang dari ke hari terus berhadapan dengan masalah baru dalam setiap hidup mereka.

Laporan jurnalistik ini, adalah cara kami sebagai proxy publik untuk mengingatkan para pihak tentang kewajiban negara yang tak kunjung selesai. Pemilu terus saja memproduksi penguasa baru. Menghasilkan pemimpin baru. Lalu, para pemimpin itu terus menerus menyemburkan harapan dari podium kekuasaan. Sabda, titah, pidato, perintah, maklumat, amanat apa pun itu, terlontar begitu saja memenuhi langit kota, menyusup hingga ke bilik-bilik pengap pengungsi- tempat ratusan jiwa menanti janji yang tak kunjung digenapi.

Diseminasi media yang kami gelar dalam diskusi sederhana pada malam 27 September besok malam- adalah ikthiar kecil kami, untuk menggedor sisi terdalam nurani kekuasaan untuk menyelesaikan ragam urusan yang tak kunjung beres.
Kami mengajak pada Anda untuk hadir mendiskusikannya.

Terima kasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *